BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Transaksi perdagangan
akan dipengaruhi oleh beberapa factor. Diantaranya factor ekonomi yang menjadi
poin penting dalam mempengaruhi trasaksi tersebut. Factor tersebut bisa
diakibatkan karena iklim perekonomian dalam dan luar negeri. Ini dapat dilihat
dari supply dan demand terhadap suatu barang, niai tukar uang dan lain
sebagainya. Gejolak ekonomi akan
mempengaruhi kegairahan ekonomi dalam Negara tersebut.
Ekonomi merupakan bagian dari
kebutuhan manusa yang bersifat primer, sekunder dan tersier. Seperti dibahas
dalam teori maslow yang membagi kebutuhan manusia menjadi 5, diantaranya : (1) kebutuhan
primer terdiri dari makanan, pakaian, rumah dll (2) kebuuhan kenyamatuhan
sosial (4) reward (5) aktualisasi diri. Hal ini pula yang akan mempengaruhi terhadap
transaksi nasional.
1.2 TUJUAN
a. Untuk
mengetahui fakor ekonomi yang akan memepengaruhi transaksi nasional
b. Mengidentifikasi
masalah transaksi ekonomi yang berkaitan dengan ekonomi
c. Untuk menambah ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah permintaan uang, pendapatan riil, tingkat bunga dan
inflasi.
d. Untuk memberikan kontribusi
pemikiran terhadap proses pemecahan permasalahan pergerakan nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika melalui analisis berbagai indikator ekonomi
e. Untuk
meneliti seberapa besar pengaruh variabel-variabel tersebut dalam mempengaruhi
nilai ekspor dan impor Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum
kita menganaisis actor lain dalam ekonomi, pastinya kebutuhan memenuhi hajat
hidup telah diutarakan dalam teori kehidupan. Maslow, 1954, membagi kebutuhan
manusia menjadi dua kelompok utama, yaitu kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh.
Kebutuhan dasar sebagaimana namanya berada di bawah posisi
kebutuhan tumbuh. Kebutuhan dasar ini berturut-turut dari bawah ke atas adalah:
(1) kebutuhan fisiologis, seperti makan, pakaian, tempat tinggal, dll; (2)
kebutuhan akan rasa aman; (3) kebutuhan untuk dicintai; (4) kebutuhan untuk
dihargai.
Sedangkan
kebutuhan tumbuh hierarkinya berada di sebelah atas posisi kebutuhan dasar,
berturut-turut dari bawah ke atas: (5) kebutuhan untuk mengetahui dan memahami
(belajar); (6) kebutuhan keindahan; (7) kebutuhan aktualisasi diri.
Catat: Kebutuhan yang berada di
hierarki lebih tinggi baru akan dirasakan bila kebutuhan yang ada di hierarki
lebih bawah telah terpenuhi.
Untuk
itu kita akan menganalisis actor-aktor yang secara sistemik mepengaruhi
transaksi nasional di Indonesia. Melalui kegiatan analisis ini akan terlihat
sejauh mana factor ekonomi dapat mempegaruhi transaksi.
1.1 ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN UANG DI INDONESIA
Dalam sejarah ekonomi telah tercatat bahwa
sebagai alat pertukaran pernah dipergunakan suatu barang yang berharga seperti
gading gajah, tulang dan berbagai macam logam. Meskipun demikian berbagai
barang ini tidak semata-mata berperan sebagai uang seperti dimaksud di atas.
Dalam perekonomian yang mempergunakan barang sebagai uang, nilai uang akan
dipengaruhi oleh permintaan barang, baik dalam kapasitanya sebagai uang maupun
sabagai barang. Pada masa emas dipergunakan sebagai uang maka nilai tukar uang
atau harga uang dipengaruhi oleh permintaan emas sebagai perhiasan dan emas
sebagai uang. Pengaruh ganda demikian, yaitu harga uang akibat permintaan
barang dalam kapasitasnya bukan sebagai alat tukar, dapat diabaikan apabila
uang yang dimaksud adalah uang fiat. Dalam perkembangannya, akhir-akhir ini
uang fiat yang secara intrinsik tidak bernilai karena dibuat dari kertas atau
barang lain yang tidak berharga, mendominasi bentuk uang.
Jumlah uang yang
diminta dalam suatu perekonomian sangat dipengaruhi oleh kondisi kelembagaan,
peraturan pemerintah dan perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi
pembayaran telah mengubah jumlah uang yang diminta untuk suatu tingkat
pendapatan tertentu. Sebelum cek dan kartu kredit dipergunakan secara luas,
biasanya seluruh pendapatan seseorang akan diwujudkan dalam bentuk uang. Namun
setelah cek dan kartu kredit dipergunakan secara luas orang tidak perlu
memegang seluruh pendapatannya dalam bentuk uang. Pengaruh demikian tidak
menyebabkan konsep permintaan uang menjadi usang sebagaimana pengaruh teknologi
dan peraturan transportasi tidak banyak berpengaruh terhadap permintaan mobil.
Dalam praktek penghitungan jumlah atau stok uang
dalam perekonomian perlu diperjelas. Pada prinsipnya bentuk kekayaan yang dapat
dimasukkan dalam pengertian stok uang hanya berupa kekayaan yang memberikan hak
atas sejumlah kas, dan segala bentuk hak yang dapat berfungsi sebagai uang
tanpa membebani biaya yang berarti bagi pemiliknya.
Perkembangan
teknologi selanjutnya memang memungkinkan adanya transaksi tanpa adanya
transfer (perpindahan) sejumlah uang secara nyata (tangible), namun
transaksi diselesaikan dengan mengubah rekening bank pembeli dan penjual.
Perkembangan teknologi transaksi demikian tidak dapat diartikan bahwa
perekonomian sudah tidak mempergunakan uang secara literer dan menjadikan suatu
perekonomian tanpa uang sebagaimana jaman barter.
Teori permintaan uang sebenarnya dapat dijelaskan
dengan menggunakan teori tentang alokasi sumber-sumber ekonomi yang sifatnya
terbatas. Pada prinsipnya, dengan sumber ekonomi yang terbatas manusia haruslah
memilih alokasi yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Dengan pendapatan
tertentu apabila seseorang ingin memperbanyak konsumsi maka jumlah kekayaan
akan semakin kecil. Demikian juga apabila dia ingin memeliki salah satu
kekayaan lebih banyak maka dengan sendirinya pemilikan bentuk kekayaan yang
lain akan menjadi lebih sedikit. Untuk mengantisipasi hal-hal tersebut
seseorang akan membandingkan hasil (return) dari masing-masing bentuk
kekayaan. Dari hasil perbandingan tersebut dia akan menentukan komposisi dan
proporsi dari masing-masing bentuk kekayaan agar diperoleh hasil yang maksimum.
Meletakkan permasalahan dengan cara ini menimbulkan
pertanyaan mengapa orang-orang memilih untuk menyimpan saldo uang. Uang
biasanya tidak menghasilkan pendapatan yang eksplisit, hanya tingkat hasil yang
rendah dibandingkan dengan hasil aktiva lain. Tetapi menyimpan uang berarti
mengorbankan sesuatu, kerugiannya adalah kepuasan atau pendapatan yang
dikorbankan dengan menyimpan uang dan bukan menggunakan dana ini untuk manfaat
lain.
Kenyataan bahwa orang memilih untuk menyimpan
sejumlah tertentu saldo uang dengan biaya alternatif yang menarik memberi kesan
bahwa menyimpan uang pasti menghasilkan semacam keuntungan terhadap individu
itu. Hal ini diakibatkan oleh kualitas uang akseptabilitasnya yang umum dalam
pembayaran, likuiditasnya yang sempurna, dan keamanannya dalam arti bahwa uang
tidak menurun nilainya (depresiasi) dilihat dari segi uang. Memang sebagaimana
akan kita lihat, sifat-sifat uang ini menimbulkan beberapa alasan yang berbeda
untuk menyimpan uang.
Perkembangan
perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya
perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui
serangkaian deregulasi keuangan dan perbankan yang di mulai tahun 1983.
Implikasi dari deregulasi tersebut adalah semakin meningkatnya integrasi dan
interaksi antar berbagai unsur ekonomi yang menyebabkan struktur ekonomi
menjadi dinamis dan kompleks. Struktur ekonomi yang kompleks akan merubah
perilaku pelaku ekonomi yang diindikasikan dengan munculnya berbagai fenomena
yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia.
Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Uang di Indonesia (dalam milyar rupiah) Tahun
|
Uang
Kartal
|
Uang
Giral
|
M1
|
Pertumbuhan
(persen)
|
1986
|
5.338
|
6.339
|
11.677
|
-
|
1987
|
5.782
|
6.903
|
12.685
|
8,63
|
1988
|
6.246
|
8.146
|
14.392
|
13,46
|
1989
|
7.426
|
12.688
|
20.114
|
39,76
|
1990
|
9.094
|
14.725
|
23.819
|
18,42
|
1991
|
9.346
|
16.995
|
26.341
|
10,59
|
1992
|
11.478
|
17.301
|
28.779
|
9,26
|
1993
|
14.431
|
22.374
|
36.805
|
27,89
|
1994
|
18.634
|
26.740
|
45.374
|
23,28
|
1995
|
20.807
|
31.870
|
52.677
|
16,10
|
1996
|
22.487
|
41.602
|
64.089
|
21,66
|
1997
|
28.424
|
49.919
|
78.343
|
22,24
|
1998
|
41.394
|
59.803
|
101.197
|
29,17
|
1999
|
58.353
|
66.280
|
124.633
|
23,16
|
2000
|
72.371
|
89.815
|
162.186
|
30,13
|
2001
|
76.342
|
101.389
|
177.731
|
9,58
|
2.2
ANALISA PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH
TERHADAP
DOLAR AMERIKA
SETELAH DITERAPKANNYA KEBIJAKAN SISTEM NILAI TUKAR MENGAMBANG BEBAS DI
INDONESIA
Sejak diterapkannya sistem nilai tukar mengambang
bebas di Indonesia yang dimulai pada bulan Agustus 1998 nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika secara akumulatif telah terdepresiasi sebesar 48,7%
sampai dengan Desember 2001. Kenyataan ini telah mengakibatkan perdebatan banyak
ahli tentang sumber ketidakstabilan nilai tukar tersebut, apakah disebabkan
oleh faktor ekonomi ataukah faktor non ekonomi. Dengan mengetahui sumber
penyebabnya, maka akan lebih mudah bagi para ahli dan penyelenggara negara
untuk merumuskan solusinya. Penelitian ini bertujuan menganalisis tentang
hubungan berbagai
variabel
ekonomi, yaitu tingkat inflasi; tingkat suku bunga; jumlah uang beredar;
pendapatan nasional di Indonesia dan Amerika Serikat, serta posisi neraca
pembayaran internasional Indonesia, dalam mempengaruhi pergerakan nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika, dengan tujuan untuk memberikan kontribusi
pemikiran terhadap proses pemecahan
permasalahan
tersebut.
Dari
analisis data diperoleh hasil bahwa hanya variabel jumlah uang beredar yang
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika, sedangkan variabel – variable yang lainnya tidak.
Dengan koefisien determinasi sebesar 32,5% mengindikasikan, bahwa 67,5% dari
variabel terikatnya dipengaruhi oleh faktor–faktor selain faktor ekonomi yang
dalam penelitian ini menjadi variabel bebas. Faktor–faktor lain tersebut bisa
dikategorikan dalam factor ekonomi lainnya maupun faktor–faktor non ekonomi.
Dengan demikian dari hasil
penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa, kecuali variabel jumlah uang beredar,
sebagian besar pergerakan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat ditentukan oleh faktor-faktor lain, baik faktor ekonomi maupun faktor
non ekonomi.
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Ekspor dan Impor Indonesia
Krisis moneter
yang melanda perekonomian Indonesia tidak saja menghempaskan nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS dari sekitar Rp 2.400,00 per satu dolar AS pada periode
sebelum krisis menjadi Rp 16.000,00 per satu dolar AS disaat krisis menggila,
tetapi sekaligus juga memelorotkan predikat Indonesia sebagai negara
berpenghasilan menengah dengan pendapatan 1000 dolar AS per kapita per tahun
pada awal tahun 1997 menjadi negara berpenghasilan rendah dengan pendapatan
sekitar 400 dolar AD per kapita per tahun pascakrisis moneter pertengahan Juli
1997. Tidak berhenti sampai disitu, krisis moneter juga berakibat pada
melambungnya laju inflasi di Indonesia. Kalau semula laju inflasi berhasil
ditekan pada angka satu digit, pascakrisis inflasi melonjak mencapai dua digit
di tahun 1998.
Baik kurs atau nilai tukar rupiah, laju inflasi dan PDB Indonesia ketiganya secara teoritis merupakan variabel-variabel yang mempengaruhi besarnya nilai impor Indonesia, sementara nilai tukar, inflasi dan PDB negara-negara mitra dagang serta harga komoditi ekspor merupakan variabel-variabel yang mempengaruhi tinggi-rendahnya nilai ekspor Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti seberapa besar pengaruh variabel-variabel tersebut dalam mempengaruhi nilai ekspor dan impor Indonesia, baik ekspor dan impor migas maupun ekspor dan impor non migas. Variabel manakah yang pengaruhnya paling dominan serta strategi apa yang bisa diupayakan dalam upaya meningkatkan ekspor dan menekan impor.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Buletin Statistik Indikator Ekonomi Biro Pusat Statistik (BPS), Statistik Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia (BI), dan Statistical Yearbook dari United Nations. Data yang diambil meliputi data tentang nilai ekspor dan impor Indonesia, baik migas maupun non migas, periode tahun 1986—2002 serta perkembangan kurs rupiah terhadap dolar AS, laju inflasi, indeks harga Produk Domestik Bruto (PDB), baik PDB Indonesia maupun PDB negara-negara mitra dagang Indonesia.
Dalam hal ekspor non migas variabel-variabel PDB negara mitra dagang, kurs, inflasi dan indeks harga beberapa komoditi penting di pasar dunia secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap ekspor non migas Indonesia (Fstatistik = 12,726 dan signifikansi F = 0,003), tetapi secara parsial hanya variabel PDB negara mitra dagang dan indeks harga yang pengaruhnya signifikan Begitupun dalam hal ekspor migas, di antara variabel-variabel PDB negara mitra dagang, kurs, inflasi dan harga migas yang sekalipun secara bersama-sama keempat variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor migas Indonesia
Di antara variabel-variabel PDB Indonesia, kurs dan inflasi yang secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai impor non migas Indonesia (Fstatistik 78,947 dan signifikansi F = 0,000) dan terhadap nilai impor migas (Fstatistik 13,134 dan signifikansi F = 0,000), ternyata hanya variabel PDB Indonesia (tstatistik 12,557 dan signifikansi t = 0,000) dan variabel kurs (tstatistik –3,610 signifikansi t = 0,003), yang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai impor non migas; Dan hanya variabel PDB Indonesia yang pengaruhnya secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai impor migas Indonesia
Dengan melihat penjumlahan angka elastisitas kurs pada ekspor total (migas plus non migas) dan impor total sebesar –0,447 menunjukkan bahwa kondisi Marshall Lerner tidak terdapat pada perekonomian Indonesia, sehingga upaya untuk memperbaiki posisi neraca transaksi berjalan yang defisit melalui kebijakan nilai tukar (baik devaluasi maupun depresiasi) hasilnya tidak akan efektif. Dalam kaitannya dengan upaya peningkatan nilai ekspor non migas, maka peningkatan mutu produk kiranya perlu terus diupayakan di samping upaya promosi dagang. Sementara dalam upaya peningkatan nilai ekspor migas, maka kerjasama yang erat dengan sesama negara penghasil minyak OPEC perlu dipererat agar harga migas bisa tetap diupayakan pada harga yang menguntungkan.
Baik kurs atau nilai tukar rupiah, laju inflasi dan PDB Indonesia ketiganya secara teoritis merupakan variabel-variabel yang mempengaruhi besarnya nilai impor Indonesia, sementara nilai tukar, inflasi dan PDB negara-negara mitra dagang serta harga komoditi ekspor merupakan variabel-variabel yang mempengaruhi tinggi-rendahnya nilai ekspor Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti seberapa besar pengaruh variabel-variabel tersebut dalam mempengaruhi nilai ekspor dan impor Indonesia, baik ekspor dan impor migas maupun ekspor dan impor non migas. Variabel manakah yang pengaruhnya paling dominan serta strategi apa yang bisa diupayakan dalam upaya meningkatkan ekspor dan menekan impor.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Buletin Statistik Indikator Ekonomi Biro Pusat Statistik (BPS), Statistik Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia (BI), dan Statistical Yearbook dari United Nations. Data yang diambil meliputi data tentang nilai ekspor dan impor Indonesia, baik migas maupun non migas, periode tahun 1986—2002 serta perkembangan kurs rupiah terhadap dolar AS, laju inflasi, indeks harga Produk Domestik Bruto (PDB), baik PDB Indonesia maupun PDB negara-negara mitra dagang Indonesia.
Dalam hal ekspor non migas variabel-variabel PDB negara mitra dagang, kurs, inflasi dan indeks harga beberapa komoditi penting di pasar dunia secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap ekspor non migas Indonesia (Fstatistik = 12,726 dan signifikansi F = 0,003), tetapi secara parsial hanya variabel PDB negara mitra dagang dan indeks harga yang pengaruhnya signifikan Begitupun dalam hal ekspor migas, di antara variabel-variabel PDB negara mitra dagang, kurs, inflasi dan harga migas yang sekalipun secara bersama-sama keempat variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor migas Indonesia
Di antara variabel-variabel PDB Indonesia, kurs dan inflasi yang secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai impor non migas Indonesia (Fstatistik 78,947 dan signifikansi F = 0,000) dan terhadap nilai impor migas (Fstatistik 13,134 dan signifikansi F = 0,000), ternyata hanya variabel PDB Indonesia (tstatistik 12,557 dan signifikansi t = 0,000) dan variabel kurs (tstatistik –3,610 signifikansi t = 0,003), yang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai impor non migas; Dan hanya variabel PDB Indonesia yang pengaruhnya secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai impor migas Indonesia
Dengan melihat penjumlahan angka elastisitas kurs pada ekspor total (migas plus non migas) dan impor total sebesar –0,447 menunjukkan bahwa kondisi Marshall Lerner tidak terdapat pada perekonomian Indonesia, sehingga upaya untuk memperbaiki posisi neraca transaksi berjalan yang defisit melalui kebijakan nilai tukar (baik devaluasi maupun depresiasi) hasilnya tidak akan efektif. Dalam kaitannya dengan upaya peningkatan nilai ekspor non migas, maka peningkatan mutu produk kiranya perlu terus diupayakan di samping upaya promosi dagang. Sementara dalam upaya peningkatan nilai ekspor migas, maka kerjasama yang erat dengan sesama negara penghasil minyak OPEC perlu dipererat agar harga migas bisa tetap diupayakan pada harga yang menguntungkan.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Ekonomi merupakan bagian dari
kebutuhan manusa yang bersifat primer, sekunder dan tersier. Seperti dibahas
dalam teori maslow yang membagi kebutuhan manusia menjadi 5, diantaranya : (1)
kebutuhan primer terdiri dari makanan, pakaian, rumah dll (2) kebuuhan
kenyamatuhan sosial (4) reward (5) aktualisasi diri. Hal ini pula yang akan
mempengaruhi terhadap transaksi nasional.
Transaksi
perdagangan akan dipengaruhi oleh beberapa factor. Diantaranya factor ekonomi
yang menjadi poin penting dalam mempengaruhi trasaksi tersebut. Factor tersebut
bisa diakibatkan karena iklim perekonomian dalam dan luar negeri. Ini dapat
dilihat dari supply dan demand terhadap suatu barang, niai tukar uang dan lain
sebagainya. Gejolak ekonomi akan mempengaruhi
kegairahan ekonomi dalam Negara tersebut. Perkembangan perekonomian dunia
dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara.
Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian deregulasi
keuangan dan perbankan yang di mulai tahun 1983. Implikasi dari deregulasi
tersebut adalah semakin meningkatnya integrasi dan interaksi antar berbagai
unsur ekonomi yang menyebabkan struktur ekonomi menjadi dinamis dan kompleks.
Struktur ekonomi yang kompleks akan merubah perilaku pelaku ekonomi yang
diindikasikan dengan munculnya berbagai fenomena yang relatif baru bagi
perekonomian Indonesia.
Variabel jumlah uang beredar, sebagian besar
pergerakan nilai tukar
mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditentukan oleh faktor-faktor
lain, baik faktor ekonomi maupun faktor non ekonomi.
Seberapa besar pengaruh variabel-variabel tersebut
dalam mempengaruhi nilai ekspor dan impor Indonesia, baik ekspor dan impor
migas maupun ekspor dan impor non migas. Variabel manakah yang pengaruhnya
paling dominan serta strategi apa yang bisa diupayakan dalam upaya meningkatkan
ekspor dan menekan impor.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Buletin Statistik Indikator Ekonomi Biro Pusat Statistik (BPS), Statistik Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia (BI), dan Statistical Yearbook dari United Nations. Data yang diambil meliputi data tentang nilai ekspor dan impor Indonesia, baik migas maupun non migas, periode tahun 1986—2002 serta perkembangan kurs rupiah terhadap dolar AS, laju inflasi, indeks harga Produk Domestik Bruto (PDB), baik PDB Indonesia maupun PDB negara-negara mitra dagang Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Buletin Statistik Indikator Ekonomi Biro Pusat Statistik (BPS), Statistik Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia (BI), dan Statistical Yearbook dari United Nations. Data yang diambil meliputi data tentang nilai ekspor dan impor Indonesia, baik migas maupun non migas, periode tahun 1986—2002 serta perkembangan kurs rupiah terhadap dolar AS, laju inflasi, indeks harga Produk Domestik Bruto (PDB), baik PDB Indonesia maupun PDB negara-negara mitra dagang Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad
Sudjari Program Pascasarjana Universitas Jenderal Soedirman, Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Ekspor dan Impor Indonesia, Komisi Pembimbing, Ketua:
Prof.Dr.H.Kamio, Anggota: Dr.M. Suparmoko,M.A.
Abuaf,
Niso and Philippe Jorion (March 1990), “Purchasing Power Parity in the Long
Run”,
Journal of Finance, page 157-174.
Adler,
Michael and Bernard Dumas (June 1983), “International Portfolio Choice and
Corporate
Finance: A Synthesis”, Journal of Finance, page 925-984.
Adler,
Michael and Bruce Lehman (December 1983), “Derivations from Purchasing
Power
Parity in the Long Run”, Journal of Finance, page 1471-1487.
Bank
Indonesia (2002), “Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia”, Jakarta.
Bank
Indonesia (2001), “Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia”, Jakarta.
Bank
Indonesia (1999), “Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia”, Jakarta.
Bank
Indonesia (1998), “Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia”, Jakarta.
Bureau
of Economic Analysis US Department of Commerce (30 April 2002), “National
Income
and Product Accounts Tables”, http://www.bea.doc.gov.
Jurnal
Akuntansi & Keuangan Vol. 4, No. 1, Mei 2002: 69 - 78
Jurusan
Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
78
Hakkio,
Craig S., (November 1986), “Interest Rates and Exchange Rates – What Is the
Relationship?”,
Economic Review, Federal Reserve Bank of Kansas City, page 33-
43.
Indrawati,
Sri Mulyani (3 juni 2002), “Penguatan Rupiah, Pertanda Apa?”, Kompas
Cyber
Media, http://www.kompas.com.
Madura,
Jeff (2000), International Financial Management, USA: South-Western
College
Publishing.
Mishkin,
Frederic S. (December 1984), “Are Interest Rates Equal Across Country ? An
Empirical
Investigation of International Parity Conditions”, Journal of Finance,
page
1345-1357.
Salvatore,
Dominick (1999), International Economics, Sixth Edition, NewYork : John
Wiley
& Sons, Inc.
The
Federal Reserve Bank (30 April 2002), “M1, M2, M3 and Debt”,
http://www.federalreserve.gov.
http://mie.unsoed.ac.id/en/content/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-ekspor-dan-impor-indonesia
http://mie.unsoed.ac.id/en/content/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-ekspor-dan-impor-indonesia
eprints.undip.ac.id/29808/1/Skripsi.php
Tidak ada komentar:
Posting Komentar